Tuesday 11 May 2010

Perjuangan Tempat Tambatan Perahu oleh Nelayan Tradisional Sario Tumpaan Manado

Nelayan Tradisional Sario Tumpaan Menuntut Keadilan

Kegiatan penimbunan laut yang dilakukan PT Gerbang Nusa Perkasa untuk perluasan areal kompleks Manado Town Square (MANTOS II) sampai hari ini terus berlanjut. Seolah tak henti-hentinya puluhan truck yang membawa material pasir dan batu, terus menutupi wilayah pesisir Kelurahan Sario Tumpaan yang berada di kawasan Teluk Manado.

Masyarakat khususnya nelayan tradisional yang berada disekitar lokasi ini merasa terancam dikarenakan kegiatan ini telah menutup akses mereka ke laut. Tempat yang dulunya diperuntukan sebagai tambatan perahu nelayan, kini hampir seluruhnya tertutup dengan material pasir dan batu. Sementara di wilayah pemukiman sendiri, telah beberapa kali mengalami musibah banjir akibat dari tertutupnya saluran pembuangan (drainase).



Telah beberapa kali masyarakat menyampaikan keberatan kepada Pihak pengembang, Pemerintah Kota Manado lewat Lurah dan Camat, hingga BLH Kota Manado. Namun seolah tak bergeming, kegiatan ini terus dilanjutkan. Malah belakangan ini, pihak pengembang menggunakan aparat kepolisian untuk melindungi kegiatan ini.

Hasil penelusuran dokumen-dokumen kelengkapan penimbunan menunjukan bahwa kegiatan ini dilakukan tanpa dokumen AMDAL, RKL dan RPL. Berdasarkan ini, pada hari Jumat, 26 Maret 2010, perwakilan masyarakat dan nelayan tradisional yang ada di kelurahan ini melaporkan permasalahan mereka ke DPRD Kota Manado dan BPLH Provinsi Sulawesi Utara.

Tuntutan masyarakat adalah tersedianya tempat tambatan perahu untuk nelayan tradisional yang layak. Dan untuk itu, kini masyarakat berinisiatif untuk menghentikan kegiatan penimbunan yang tetap berlangsung dengan melakukan pendudukan di areal yang telah ditimbun yang dahulunya adalah milik masyarakat yang diperuntukan sebagai lokasi tambatan perahu nelayan. Rencana ini telah disepakati dilaksanakan pada hari Sabtu, 27 Maret 2010, pukul 08.00 WITA.

Mohon dukungan dari kawan-kawan atas inisiatif masyarakat ini.

Berikut dipaparkan oleh Yahya Laode dari Perkumpulan KELOLA - Asosiasi Nelayan Tradisional Sulawesi Utara (ANTRA SULUT)

“Nelayan Bersatu Tak Bisa dikalahkan”

No comments:

Post a Comment